Senin, 17 Oktober 2011

contoh skripsi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber balajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengandung komponen. Komponen yang saling tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan . selaku suatu system belajar mengajar memuat berbagai komponen, antara lain tujuan, bahan – bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang harus di organisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerjasama.
Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat di terima dan di pahami secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang tidak sama baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa berbeda – beda ada yang lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih dominan siswa yang pintar. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut, guru akan .
mengembangkan teknik pembelajaran dengan metode index card match (pencocokan kartu indeks). Sehingga pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif dan menyenangkan serta memberikan semangat dalam berfikir dan belajar. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bisa membawa rasa senang kepada siswa sehingga membuat mereka asyik belajar dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.
Dalam proses belajar mengajar kemampuan belajar dan berfikir siswa berbeda – beda ada yang lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih didominan oleh siswa yang pintar.Apalagi dalam pembelajaran Bahasa indonesia kelas I, tidak semua siswa lancar membaca dan menulis. Karena pokok materi dan target utama selain pengolahan materi untuk siswa kelas I adalah bagaimana anak didik bisa lancar membaca dan menulis. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut, guru akan mengembangkan teknik pembelajaran dengan menggunakan metode Index Card match (Pencocokan Kartu Indeks). Sehingga pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif bukan saja aktif secara fisik tetapi juga aktif psikhisnya dan saling berinteraksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan sumber belajar sehingga siswa lebih percaya diri. Metode pembelajaran ini penulis rancang dengan memberikan kartu index pada siswa untuk membuat pertanyaan sambil berdiskusi, mencari, menemukan dan memutuskan jawaban secara individual kemudian didiskusikan bersama dalam kelas.Guru sebagai fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siwa dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran ini juga memberikan kebebasan dalam menggunakan gagasan, jawaban yang tepat. Metode ini juga berfungsi mengubah pola pembelajaran konvensional yang seluruh rangkaian belajar mengajar berpusat pada guru tanpa memberikan kesempatan pada siswa sehingga kadang- kadang siswa terbelenggu oleh aturan dan penggunaan strategi yang monoton dan membosankan sehingga anak didik menjadi anak yang penakut.
Metode pembelajaran Indeks card match ini dimungkinkan mampu membuat peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Pembelajaran Bahasa indonesia secara umum diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selain itu, melalui pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu menumbuhkan sikap siswa untuk menghargai dan membanggakan, serta mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.(Andika dkk,fokus bhs indonesia 2010,15)
Dari uraian diatas mendorong penulis untuk melakuakan penelitian tentang adakah dorongan orang tua dengan pendidikan anak yang diterima dari orang – orang sekitar, sehinhgga anak termotivasi untuk belajar lebih rajin dan percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dirinya sehingga hasil belajarnya meningkat dengan judul “ Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Metode Index card Match Pada Siswa kelas 1 MI Najmul Huda Salamsari kedu Temanggung Tahun Ajaran 2010/2011 ’.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka rumusan permasalahan yang di ajukan dalam proposal ini adalah
1.      Apakah penerapan metode index card match dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung tahun 2010/2011?
2.      Seberapa jauh metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan rumusan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Dalam hal ini peneliti ingin  menggali secara luas tentang sebab – sebab / hal – hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1.   Untuk mengetahui apakah penelitian metode indeks card match  dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia pada kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung tahun 2010/2011.
2.   Untuk mengetahui seberapa jauh metode indeks card match dapat meningkatkan hasil belajar bahsa Indonesia pada siswa kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung tahun 2010/2011.



D.    Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis supaya dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat baik secar teoritis maupun secara praktis.
1.      Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan dan menyempurnakan metode pembelajaran yang bersifat praktis, efektif, kreatif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar meningkat.
2.      Secara praktis
a.       Bagi siswa
1)      Meningkatkan minat belajar dan kreatifitas siswa dalam proses belajar bahasa Indonesia denga metode index card match
2)      Meningkatkan kompetensi individu dan kelompok.
3)      Meningkatkan ketermpilan berbicara dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang dimiliki siswa.
4) Meningkatkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakakan pendapat.
b. Bagi guru
1)      Guru menjadi kreatif karena selalu di tuntut untuk melakukan inovatif sebagai implementasi dan adaptasi teori, teknik pembelajaran dan bahan ajar yang di pakai.
2)      Meningkatkan kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa tentang ruang lingkup pelajaran bahasa Indonesia
3)      Membantu meningkatkan informasi peningkatan kemampuan siswa.
4)      Dapat meningkatkan pemahaman guru tentang kolaborasi penelitian tindakan kelas.
5)      Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas.
c. Bagi sekolah
Sebagai salah satu sumber inspirasi guna menentukan kebijakan dalam mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas serta meningkatkan mutu akademik pada siswanya.
E.     Metodologi Penelitian
Bogdan dan taylor mengemukakan bahwa metodologi sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data  diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik utuh (Metodologi Kualitatif Untuk Pelatihan, Bandung: Mandar Maju, 2007).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. 

Adapun beberapa definisi PTK dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.  Menurut Joni dan Tisno (1999: 33) PTK merupakan kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
2.  Soedarsono (2009: 01) menyatakan PTK merupakan suatu proses di mana melalui proses ini guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih  baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
3. Suyanto menyatakan PTK sebagai penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas.(Wahidmurni, 2008:33)
Metode Penelitian adalah tahapan – tahapan / cara dalam melaksanakan penelitian (Aqib, 2007:33). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dikelas (Arikunta, dkk. 2009:2). Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunta, dkk.2009:3).
Peneliti ingin melaksanakan teknik pembelajaran Index Card Match dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa, berani berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan sesama siswa, guru dan sumber belajar, dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan tindakan ( planning ), observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation ). Serta meningkatkan proses hasil pembelajaran secara berkesinambungan.
a).  Rancangan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan suatu tindakan, eksperimen, yang secara khusus diamati secara terus menerus dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol samapai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang tepat.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahanya muncul dikelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang besangkutan sehingga sulit dibenarkan juka ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
Jenis penelitian tersebut sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas. Penelitian Tindakan kelas sebagai bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaborasi dan spiral, yang mempunyai tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja,  proses isi,  kompetensi dan situasi.
Daur Ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (obsevation dan evaluation ) dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaiakan atau peningkatan yang diharapkan tercapai ( kriteria keberhasilan), sebagai mana gambar Daur ulang dalam penelitian diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflekting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai kriteria keberhasialan (Arikunta, dkk.2009:104-105).sebagai mana gambar dibawah ini:














Refleksi
Tindakan / observasi
Refleksi
Tindakan / observasi
Siklus 1
Rencana awal / rancangan
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Siklus 2
Siklus 3
Tindakan / observasi
Refleksi

 

















Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas






b).   Subjek Penelitian
      1.   Siswa
                                    Siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Dimyati & mudjiono,  2002: 22). Dalam penelitian tindakan kelas ini,  yang menjadi  subyek  penelitian adalah siswa siswi kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung tahun ajaran 2010/2011. Yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 4 siswi perempuan sehingga jumlah keseluruhannya adalah 8 siswa.
2.   Peneliti ( kolaborasi )
                  Penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat dan guru kelas I.
3.  Tempat dan Waktu Penelitian
                  Tempat adalah suatu obyek dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan di MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung.
                  Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Februari sampai Mei 2010. Pada  awal  bulan  Februari 2010 peneliti melakukan observasi terhadap obyek penelitian dan membuat proposal penelitian, Pada akhir bulan Februari 2010 peneliti melakukan tindakan penelitian kelas dengan menggunakan metode yang telah direncanakan dan dipersiapkan yaitu metode  index card match  pada pembelajaran Bahasa Indonesia, Sedangkan pada  bulan    Maret dan April  peneliti melakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian  yang telah dilakukan serta tindakan ini di lakukan dengan menggunakan tiga siklus, yang mana pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap.yakni:
TABEL 1
JADWAL PENELITIAN

BULAN
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI

KEGIATAN PENELITIHAN
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV

PERSIAPAN
V
V
















PENELITIAN SIKLUS I




V
V












PENELITIAN SIKLUS II








V
V








PENELITIAN SIKLUS III












V
V






4. Variabel Penelitian
                    Variabel Y disebut juga variabel dependen atau variabel terkiat. Variabel ini merupakan kondisi atau hasil yang dihaparkan ( Manurung, 2008:149 ). Dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia sebagai variabel Y dan metode index card match sebagai variabel X yang mana variabel X juga disebut variabel independen atau variabel bebas. Variabel ini merupakan bentuk perlakuan atau tindakan yang diaplikasikan dalam penelitian ( Manurung,2008: 149 ).
a).  Langkah-langkah/Siklus Penelitian.
        Adapun penerapan model dalam PTK  ini dilakukan dengan tiga siklus. Siklus I dilaksanakan dengan metode ceramah, siklus II dilakukan dengan metode  index card match, siklus III juga menggunakan metode index card match. Adapun tahap-tahap penelitian tindakan kelas pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
                  1.  Mengidentifikasi Masalah
      Peneliti berdiskusi mengenai pelajaran Bahasa Indonesia terkait dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan pembelajaran di kelas I, seperti strategi apa yang digunakan dan bagaimana motivasi belajar siswa selama ini pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia diperlukan sebuah  penyelesaian untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.
                  2.  Memeriksa Lapangan
Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan pada saat kegiatan belajar berlangsung untuk mengetahui permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya, kemudian peneliti juga melakukan pencatatan terhadap kejadian-kejadian di lapangan. Sebagai kegiatan memeriksa lapangan peneliti melaksanakan pretest dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab (konvensional).

                  3.  Perencanaan (Planning)
a)      Menyusun RPP
b)       Menyiapkan instrument penelitian untuk guru dan siswa.
c)       Menyiapkan format dan evaluasi pretes atau pertes.
d)         Menyiapkan sumber belajar yang berupa buku paket Bahasa Indonesia dan kartu indeks.
e)       Mengembangkan skenario pembelajaran dengan metode  index card match.
4.  Penerapan Tindakan (Action)
        Tindakan selanjutnya adalah memperbaharui pembelajaran dengan indikator  selanjutnya. Pelaksanaan ini dilakukan dengan menerapkan rencana tindakan. Dalam hal ini peneliti juga membuat catatan terhadap berlangsungnya kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Rencana yang sudah siap, kemudian diaplikasikan di  dalam kelas sebagai bentuk tindakan. Pelaksanaan tindakan ini sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, meliputi: menyampaikan tujuan pembelajaran berikutnya, mengulang kembali materi pelajaran, melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengunakan metode  index card match dan evaluasi terhadap pelajaran yang telah dipelajari untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.dan urutan-urutanya sebagai berikut :
a)      Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki KD yang akan dibahas.
b)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c)      Guru membagi bahan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menjelaskan langkah-langkah atau prosedur metode  index card match.
d)     Guru membagikan kartu indeks kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi yang telah dipelajari di kelas.
e)      Guru mengumpulkan kartu indeks dan mengacaknya. Guru membagi kembali kartu indeks satu persatu kepada siswa dan menyuruh siswa untuk membaca  dalam hati pertanyaan yang terdapat dalam kartu indeks masing-masing.
f)       Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan yang ada dalam kartu indeks dan menjawab pertanyaan tersebut.
g)      Setelah salah satu siswa selesai memberikan jawabannya, tunjuklah beberapa  siswa untuk memberikan  tambahan jawaban  atas apa yang dikemukakan oleh siswa tadi sehingga terjadi diskusi dalam kelas.
5.  Observasi dan Evaluasi (Observasi and Evaluation)
Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang dan telah dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan dengan cara mencatat hal-hal penting pada saat pembelajaran berlangsung.

6.  Refleksi(Reflecting)
Pada tahapan refleksi  peneliti akan mengkaji  tindakan  secara menyeluruh pada tahap perencanaan, penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan berdasarkan data-data yang telah terkumpul. peneliti akan mencari titik kelemahan dan kelebihan sebagai bahan renungan guna menyempurnakan tindakan berikutnya yaitu penyempurnaan pada siklus I, siklus II, siklus III dan seterusnya. Siklus II  dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I, dan siklus III dilaksanakan karena siklus II belum mengatasi masalah (Aqib, 2007: 32).
                              Menurut Hopkins (1933: 34 ) jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian yang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan, perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat diatasi (Arikunto, dkk. 2009: 80).
c) Instrumen Penelitian
                  Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data yang akan dibutuhkan dalam  suatu penelitian.
      Adapun instrumen yang dipakai diantaranya adalah sebagai berikut :

1.  RPP.
2. Bahan materi Pelajaran Bahasa Indonesia
3.  Soal tes untuk mengukur keberhasilan siswa.
4.  Pedoman dan kriteria penelitian.
5.  Lembar observasi guru dan siswa.
6.  Catatan pengalaman.
7.  File (arsip data MI Najmul Huda Salamsari ).
d).   Metode Pengumpulan Data
                       Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data  (Arikunto, 1990:  134).
           Pengumpulan data tersebut melalui:
  1.   Sumber Data
                 Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah siswa dan guru. Sumber data sekunder adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan tata usaha sekolah.
      a) Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain adalah :
§  Data hasil wawancara dengan guru dan siswa.
§  Data nilai  hasil belajar siswa sesudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
§  Data catatan observasi tindakan (proses pembelajaran), baik
§  observasi untuk siswa maupun guru.
b) Data sekunder yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain adalah :
·         Nilai siswa sebelum penelitian tindakan kelas diambil dari nilai hasil evaluasi ulangan harian  yang dilakukan oleh guru mapel sejak awal  semester II  dengan kompetensi yang  berbeda. Sedangkan nilai siswa setelah penelitian tindakan kelas diambil dari nilai hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklusnya.
·         Laporan pengamatan hasil belajar siswa secara  tidak  langsung dalam proses belajar mengajar.
2.   Teknik pengumpulan data
           Untuk mengumpulkan data-data tersebut digunakan beberapa teknik yaitu:
a).  Kuesioner
                       Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada seseorang untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada orang tersebut  maupun diluar dirinya (Arikunta, 1988: 53). Orang disini adalah semua orang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran yang diminta mengisi kuesioner, misalnya guru, siswa, orang tua, pengawas sekolah  atau kepala sekolah dan orang-orang lainnya  (Dimyati & mudjiono, 2002: 229). Yang dimaksud kuesioner dalam penelitian ini adalah dari guru, siswa,  kepala sekolah, MI Najmul Huda Salamsari, Kedu.
b).  Wawancara
                       Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi langsung antara evaluator dengan sumber data (Dimyati & mudjiono, 2002: 229). Teknik ini digunakan untuk menggali informasi mengenai suasana pembelajaran dan teknik pembelajaran yang diciptakan untuk meningkatkan komunikasi siswa serta kesulitan-kesulitan dalam membuat pertanyaan pembelajaran.Dalam hal ini kaitanya dengan penelitian,wawancara dilakukan  oleh guru dan siswa kelas I.
c).  Teknik Observasi dan Evaluasi
                       Observasi (observation) merupakan teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati terhadap aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran  di dalam  kelas maupun di luar kelas yang dilakukan peneliti terhadap kegiatan penelitian. Menurut Jehona  dkk.  observasi menjadi alat penyelidikan jika :
v Mengabdi pada tujuan-tujuan research yang telah dirumuskan.
v Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur.
v Dicatat dan  dihubungkan secara sistematik  dengan proposisi yang umum, tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata.
v Dapat dicek dan dikontrol validitas, reabilitas dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiyah lainnya (Hadi, 1995: 136 ).
                       Catatan observasi digunakan untuk mengetahui penigkatan aktivitas siswa dan pemunculan ketrampilan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa (Aqib, 2007: 136).
                       Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan perhatian, motivasi siswa dan pemunculan ketrampilan kerja sama siswa dalam berdiskusi, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan sedangkan evaluasi digunakan untuk peningkatan hasil prestasi siswa.
d).  Teknik dokumentasi
                       Teknik dokumentasi dalam penelitian ini bermanfaat dalam mengumpulkan nilai-nilai  siswa dan sebagai data sekunder yaitu untuk melihat kemajuan hasil belajar siswa.
e).  Tes
                       Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan  hasil belajar siswa sebelum  diberi tindakan  dan sesudah siswa  diberi  tindakan sesuai dengan materi  pembelajaran  yang telah disampaikan. Alat yang digunakan dalam pengunpulan data melalui tes ini adalah butir soal tes tertulis,tes lesan dan lembar observasi.

3. Analisis Data
      Analisis data  merupakan jiwa dari penelitian tindakan kelas, langkah yang ditempuh setelah pengumpulan data adalah  menganalisis data. Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan penjelasan sebagai berikut :
  a.  Data Kuantitatif
         Data kuantitatif diperoleh dari  instrumen  dan tes hasil belajar siswa, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja untuk menemukan keberhasilan individu maupun keberhasilan klasikal.
b.  Data Kualitatif
   Data kualitatif menggambarkan kenyataan/fakta secara   cermat dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang lengkap dan dapat menghasilkan informasi sesuai dangan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa kelas I MI Najmul Huda Salamsari, Kedu Temanggung. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, pengamatan (observasi) proses  dan hasil  pembelajaran dan rencana pelaksanaan  pambelajaran (RPP) dianalisis dengan analisis deskriptif  berdasarkan observasi dan refleksi.    
         Menurut Rofi’uddin (1998: 36), ia mengatakan bahwa analisis data kualitatif dapat bersifat linier  (mengalir) maupun bersifat sirkuler (Aqib, dkk. 2009: 158). Setelah data terkumpul peneliti menganalisis, mereduksi dan menyimpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada setiap siklus  dalam  penelitian tindakan kelas. Dengan adanya penyimpulan tiap siklus,  peneliti akan memahami proses tindakan dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan pada siklus berikutnya.
         Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses  pembelajaran  setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada tiap akhir putaran.
         Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik  sederhana yaitu evaluasi formatif , ketuntasan belajar siswa dan teknik t-test.
        1. Evaluasi Formatif (Tes Formatif ).
   Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran yang fungsinya memperbaiki proses belajar mengajar atau menperbaiki program satuan pelajaran (Usman danSetyawati, 1993:137). Hasil tes formatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar  bahan tertentu dalam waktu tertentu. Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu ataubeberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu ( Djamarah & Zain, 2006: 106).
                   Nilai evaluasi formatif (tes formatif) secara individu diperoleh dari jumlah semua soal dikurangi dengan jumlah soal yang salah. Sedangkan nilai tes formatif secara klasikal diperoleh dari  jumlah  nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-trata dengan rumus sebagai berukut:

    X    =        X
                     N



Keterangan:    X    = Nilai Rata-rata
              X      = Jumlah Nilai Semua Siswa
              N        = Jumlah Siswa
      2.  Ketuntasan Belajar
            Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu  ketuntasan belajar secara perorangan atau individu dan secara klasikal. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individu dapat dihitung mengunakan rumus sebagai berikut:
    P       =       Jumlah Jawaban yang Benar   X 100 %   
                            Jumlah Soal Seluruhnya
              Dengan persentase ini guru  dapat mengetahui sampai seberapa jauh penguasaan setiap siswa atas bahan pelajaran yangtelah dipelajarinya dengan keberhasilan belajar tuntas sekurang-kurangnya mencapai 75% (Usman dan Styawati,1993:138 ). Dengan demikian seorang siswa dianggap tuntas belajar bila siswa tersebut telah mencapai skor 75% atau nilai 7,5.  
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:      
    P       =        Jumlah siswa yang tuntas belajar    X 100%                                       
                                         Jumlah siswa
            Atas dasar angka persentase penguasaan siswa dari bahan yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuan mengajarnya. Jika angka keberhasilan dapat mencapai 85%  maka proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tuntas.
3.   Teknik t-test
         T-test digunakan untuk menguji hipotesis. Peneliti mengunakan teknik t-test  untuk mengetahui jawaban dari hipotesis dalam penelitian. Untuk menguji  hipotesis dengan  teknik  t-test tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :          t =  t-test
                              X =  Nilai Rata-rata
                              S =  Standar Deviasi
                              N =  Jumlah siswa
            Menguji  hipotesis dengan kriteria  tabel hitung maka hipotesis nihil ditolak. Untuk mencari harga  didasarkan atas penetapan besarnya α (taraf signifikan).
F.  Sistematika Penulisan Skripsi 
Untuk memudahkan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut : 
BAB I  : PENDAHULUAN 
Dalam bab ini dikemukakan 
A.  Latar Belakang Masalah 
B.  Rumusan Masalah 
C.  Tujuan Penelitian 
D.  Manfaat Penelitian 
E.  Metodologi Penelitian
F.  Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II   : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang kajian pustaka membahas tentang :
A. Landasan Teori  ( Prestasi Belajar )
B.  Teori Belajar
C.  Hipotesis Belajar
D. Motivasi Belajar
E.  Metode Index Card Match
F.   Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
BAB III  : LAPORAN HASIL PENELITIAN 
Dalam bab ini berisi tentang laporan sebagai berikut : 
A.  Gambaran umum tentang MI Najmul Huda Salamsari Kedu
B.  Pelaksanaan Penelitian
BAB IV  : ANALISA DATA 
Dalam bab ini berisi  tentang hasil penelitian dan
pembahasan  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setiap siklus.
BAB V    : PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang:
A.  Kesimpulan
B.  Saran 
C.  Penutup
Dalam kegiatan akhir terdiri dari daftar pustaka,  daftar riwayat hidup
penulis dan lampiran-lampiran.












BAB II

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE INDEX CARD MATCH
 
A.    Prestasi Belajar
Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah Upaya Peningakatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia melalui Metode Index Card Match pada Siswa Kelas I MI Najmul Huda Salamsari Kedu Temanggung tahun ajaran 2010 / 2011, maka penulis merasa perlu adanya penegasan istilah yang terdapat didalamnya.
Adapun istilah – istilah yang perlu diberi penegasan adalah sebagai berikut :
1.      Peningkatan
Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan, (Poerwadarminta, 2006:1281).
Meningkatkan artinya beralih pada keadaan. ( Poerwadarminto, 2006:910). Beralih keadaan yang dimaksud penulis adalah beralih dari yang semua belum diterapkanya metode index card match dan sesudah diterapkanya metode index  card match.
2.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi “dan “ belajar “ prestasi berarti hasil yang telah dicapai Depdikbud, 1995 : 787 ).Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu ( Depdikbud, 1995 : 14 ). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan oleh gurunya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
Menurut Sudirman, dkk. (1986: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti(Warsito, 2008: 62).
Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi,menjadi kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas  dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati & Mudjiono, 2002:10).
Sedangkan belajar menurut pidarta (2000:197) adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh, obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakan pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasi sikapnya kepada orang lain (Warsito, 2008:62).
Jadi setelah belajar orang mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dan lingkungan, dimana terjadi hubungan – hubungan antara stimulus-stimulus dan respon-respon.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamn belajarnya.Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (i) keterampilan dan kebiasaan, (ii) pengetahuan dan pengertian, (iii) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2009 :22).
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai   tujuan  pengajaran. Hasil pelajaran adalah hasil yang telah dicapai setelah adanya suatu proses pembelajaran sebagai akibat suatu perubahan pengalaman atau latihan yang telah dilakukan. Hasil belajar anak didik terbentuk dari belajar pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan direncanakau  oleh seorang guru yang telah mentransfer ilmu pengetahuanya kepada anak didik dan melalui proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tersebut guna meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Dimyati & Mudjiono, 2002:20).
B.     Teori Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan  dalam memenuhi kebutuhan hidup. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991: 2).
a.    Teori Belajar Behaviorisme
Teori ini dikemukakan oleh Watson, menurut pendapatnya: pengetahuan harus bersifat positif sehingga objeknya harus dapat diamati, yaitu berupa tingkah laku (Slameto, 1991:  12).
Menurut teori behaviorisme belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Teori ini lebih menekankan pada tingkah laku objektif, empiris (nyata), konkret dan dapat diamati (observable) (Warsito, 2008: 66).
Manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Pengertian dan pemahaman tidaklah penting karena stimulus (S) dan respons (R) dapat diperkuat dengan menghubungkan secara berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan proses belajar yang diinginkan.
Dasar belajar adalah asosiasi antara kesan (impression) dengan dorongan untuk berbuat (impuls to action). Asosiasi itu menjadi kuat atau lemah dengan terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan (Bower & Hilgard, 1981:  49). Para behaviors meyakini bahwa hasil belajar akan lebih baik dikuasai kalau dihafal berulang-ulang. Belajar terjadi karena adanya ikatan antara stimulus dan respons (S-R Bonds). Ikatan itu menjadi makin kuat dalam latihan/pengulangan dengan cara menghafal (Purwanto, 2009: 41).
Dalam menerapkan teori behaviorisme yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran dan pengembang program-program pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan  pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur (Warsito, 2008: 67).
b.   Teori Belajar Kognitif
Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi  secara keseluruhan. Dengan demikian, belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks dan mementingkan  proses belajar (Warsito, 2008: 69). Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah sebagai berikut:
1)                                 Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak, yaitu:
§                               Tahap sensorik yang bersifat internal (0-2 tahun)
§                               Tahap preoperasional (2-6 tahun)
§                               Tahap operasional konkret (6-12 tahun)
§                               Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)
Perkembangan intelektual seseorang menunjukkan bahwa semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya  (Warsito, 2008: 69).
Dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti: melihat, menyentuh, menyebut nama benda dsb. dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya (Slameto, 1991: 15).
2)         Teori Kognitif Bruner
Kata Bruner belajar tidak untuk merubah tingkah laku seseorang tetapi untuk merubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah (Slameto,  1991: 12). Asumsi dasar teori kognitif adalah setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman di dalam dirinya.
Dalam  proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Hal-hal yang dapat dipelajari siswa dalam lingkungan digolongkan menjadi:
v  Enactive  :  peserta didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan, seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan bermacam-macam ketrampilan motorik.
v  Iconic    :  peserta didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, seperti mengenal jalan yang
menuju ke pasar, mengingat dimana bukunya yang penting diletakkan.
v  Symbolic : peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logikaserta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol, seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Cara belajar yang terbaik menurut Bruner adalah dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif  kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (free discovery learning), dengan kata lain belajar dengan cara menemukan (discovery) (Warsito, 2008: 72).
3)         Teori Belajar Bermakna Menurut Ausebel
Menurut Ausebel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan secara nonarbirter dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran bermakna (meaningful learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa pembelajaran ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi, atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta didik (Warsito, 2008: 72-73).
c.    Teori Belajar Humanisme
Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha untuk mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori ini sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
d.   Teori Belajar Sibernetik 
Menurut teori sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran). Proses belajar dianggap penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang akan diproses dan akan dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar akan sangat ditentukan oleh sistem informasi.
e.    Teori Belajar Kontruktivisme
Dalam orientasi baru psikologi, konstruktivisme mengajarkan kita ilmu tentang bagaimana anak manusia belajar. Mereka belajar mengonstruksikan (membangun)  pengetahuan, sikap, atau keterampilannya sendiri, tidak dengan memompakan  pengetahuannya itu ke dalam otaknya. Menurut teori ini pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, ataupun lingkungannya. Teori ini menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa peserta didik.
f.    Teori Multiple Intelligences
Intelligences merupakan koreksi terhadap konsep kecerdasan seseorang berdasarkan pada intelligences quotient (IQ) yang hanya mengukur kemampuan seseorang hanya berdasarkan pada linguistik, matematik, logis dan spasial saja (Warsito, 2008: 75-84).
C.     Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang saling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK ( Muryasa, 2009:63).Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Belajar bahasa Indonesia dengan metode indeks card match dapat meningkatkan perhatian siswa.
2.      Belajar bahasa Indonesia dengan metode index card match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.      Belajar bahasa Indonesia dengan metode index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
D.    Motivasi Belajar
1.  Pengertian Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Sardiman,  2007:73).
.Motivasi akan menjadi pendorong yang menyebabkan terjadinya energi yang ada pada setiap individu sehingga terkait dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi untuk bertindak mewujudkan tujuan tertentu. Pencapaian tujuan, cita-cita dan keinginan menjadi lebih mudah dengan adanya dorongan dari dalam atau motivasi ini. Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang  bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.  
            Motivasi menurut sumadi suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri  seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun greenberg  menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan menetapkan perilaku arah suatu tujuan. Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi  adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri  seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan kebutuhan ( Djaali, 2007: 75).
            Motivasi belajar yakni gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang akan menjadi dasar aktivitas anak didik dalam  belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk belajar, yaitu sama saja tidak ada minat untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar  motivasi sangat diperlukan, karena untuk berhasilnya materi yang disampaikan. Seperti materi akhidah akhlak, sebab peserta didik yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, apalagi dia tidak tertarik pada pelajaran akhidah akhlak  tersebut. Dan minat itu muncul jika sesuatu itu bersentuhan dengan kebutuhannya.  
            Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai  keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak  energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman,  2007:75).
            Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan  dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
            Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya.
2.  Macam-macam Motivasi
            Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:115)
.           Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang  memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. 
            Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi ada sangkut paut dengan dirinya. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
a)   Motivasi Intrinsik
            Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motif itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu.  Seseorang  yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan  dan sangat berguna kini dan di masa mendatang. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya.
            Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat  diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar  terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang. 
            Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekadar simbol dan seremonial.
b)   Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu kebalikan dari motivasi intrinsik.Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas  belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang  tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.  
            Motivasi dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.
            Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik berbagai bentuknya. Menurut Hamachek Guru yang baik adalah harus memberikan motivasi kepada anak untuk membangkitkan dan menumbuhkan cita-cita mereka agar belajar dengan sungguh-sungguh. 
3.  Prinsip-prinsip Motivasi
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya  diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Salah satu fungsi mengajar adalah memberikan motivasi kepada pihak yang diajarkannya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif (Mohamad Surya, Bandung. Pustaka Bani Quraisy, 2004:65). 
                        Berdasarkan hal itu, beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain:
a)  Prinsip kompetisi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik. 
b)  Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan, dsb. 
c)  Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran  itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan motivasi. 
d)  Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami  tujuan belajarnya secara jelas.
e)  Pemahaman hasil
Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut. Untuk itu para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa.
f)  Pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. 
g)  Lingkungan yang kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.   
h)  Keteladanan
Guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai  pengaruh terhadap perilaku siswa yang baik, yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar.
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi (Oemar Hamalik, Op.Cit.2007:158), ialah:
1)         Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang.  
2)         Menentukan karakter dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya,  dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
4.  Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tesebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman,  2007:95):
a)         Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didikpun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Di sini anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
b)   Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan mitivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui itu cepat tercapai. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
c)  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya. 
5.  Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Didalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketentuan dalam melakukan kegiatan belajar.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah
a)      Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah niali ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik. 
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Oleh karena itu bagaiman cara guru memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan  yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekadar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
b)      Hadiah
Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik  yang berprestasi tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya. Hadiah diberikan gunanya adalah untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi. 
c)Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar anak bergairah belajar. Persaingan baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.
d)     Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa  si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karna harga dirinya. 
e)Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh guru adalah jangan selalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
f)  Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
g)      Pujian
Apa bila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement  yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan  motivasi pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat  akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus membangkitkan harga diri. 
h)      Hukuman
Meski hukuman sebagai  reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif di maksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. 
i)   Hasrat Untuk Belajar
Berhasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan  yang tanpa maksud. Hasrat  untuk belajar berarti pada diri  anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.   
j)   Minat
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1)      Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2)      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3)      Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
4)      Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k)      Tujuan yang diakui  
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab  dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka timbul gairah untuk terus belajar.

E.     Metode Index Card Match
Metode adalah pendekatan eksperimental melalui observasi dipandang  tidak mencukupi, tetapi harus dilengkapi dengan triangulasi, yaitu penggunan beragam metode, sumber data, periset dan teori Metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan (Agus Salim, 2006:132). Penggunaan metode pendidikan berarti bagaimana agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Berbagai metode mengajar telah ditemukan oleh para ahli pendidikan dan telah digunakan oleh para guru, salah satunya adalah metode index card match.Berbagai metode mengajar telah ditemukan oleh para ahli pendidikan dan telah digunakan oleh para guru, salah satu adalah metode  index card match.
Index Card Match merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan kartu, dimana kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabanya. Untuk penggunaannya, kartu tersebut dibagikan kepada seluruh siswa dan siswa berfikir sejenak apa yang cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu tersebut dan mencari jawabannya dikartu yang lainnya. Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan proses belajar mengajar di kelas tidak hanya berupa penyajian informasi saja, siswa datang duduk dan mendengarkan, tetapi siswa juga ikut berperan aktif dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses pembelajaran semacam ini tidak harus didalam kelas, bisa juga diluar kelas agar peserta didik tidak merasa bosan sebab penyakit yang banyak diderita peserta didik selama mengikuti pelajaran adalah kejenuhan.
Metode index card match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi  yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Metode  index card match  tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saja,  tetapi dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lainnya.
                        Hubungan metode index card match dengan meningkatkan motivasi
belajar siswa adalah, karena di dalam strategi ini  terdapat  education games, dalam artian suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungan, atau bermanfaat untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan si anak, mengembangkan  kepribadian, mendekatkan hubungan antara pendidik dengan peserta didik, kemudian menyalurkan kegiatan peserta didik, dan sebagainya.
                        Pada dasarnya masa anak sekolah dasar adalah masa bermain. Dengan bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dalam metode index card match, maka proses pembelajaran tidak menjenuhkan, dan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien serta menyenangkan, sehingga peserta didik dengan sendirinya termotivasi untuk selalu belajar.
1.  Langkah-langkah penerapan metode index card match
Adapun langkah-langkah metode index card match  adalah sebagai berikut:
a.       Siapkan materi yang sudah dipelajari dirumah, dan atau yang sudah pernah dialami sebagai pengalaman.
b.      Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang berisi tentang pertanyaan dan jawaban.
c.       Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada  separuh jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah separuh peserta didik yang hadir.
d.      Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabanya, setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah  satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya, yang lain mendengarkan barangkali ada kekliruan pasangan.
e.       Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian akhir atau ulangan.   
2.  Tujuan metode index card match
Tujuan penerapan metode index card match  ini, yaitu untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Ismail SM, Op.Cit., 2007:82).
Dengan metode index card match ini siswa akan lebih semangat dan antusias dalam belajarnya dan lebih cermat dan mudah untuk memahami dan mengingat suatu materi pelajaran. Dalam metode  index card match, pengajar juga sangat senang bila peserta didik berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasan-gagasan alternatif mereka, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja dijelaskan pengajar.
Metode index card match dalam buku active learning yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien artinya adalah mencocokkan kartu  untuk meninjau  ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaaan kuis kepada temanya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Index Card Match
1.      Kelebihan
      Kelebihan metode Index Card match adalah sebagai berikut :
a.       Mengembangkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan.
b.      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c.       Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
d.      Meningkatkan kreatifitas siswa serta mnghilangkan kejenuhan  dalam belajar.
e.       Tercipta suasana gembira dalam belajar.
2.      Kelemahan
a.       Suasana kelas menjadi ramai dan tidak tenang karena tempat duduk siswa menjadi berpindah – pindah.
b.      Sebagian siswa masih kesulitan mencari pasangan dalam mencocokkan jawabanya.
c.       Kurang jelasnya pertanyaan karena tidak semua siswa bisa bersuara keras dalam membacakan pertanyaanya.
d.      Kurang memperhatikan relevansinya dengan lingkungan.
e.       Membentuk kebiasaan – kebiasaan yang otomatis dan kaku.
f.       Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong kepada temannya untuk mencarikan jawaban
Kebebasan berpikir dan berpendapat sangat dihargai dan diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan, tidak tertekan, dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
F.     Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu bagian dari mata pelajaran umum yang terdapat dalam sekolah baik yang berbasis umum maupun agama. Dalam penelitian ini adalah pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan kepada siswa kelas I MI NAJMUL HUDA Salamsari Kedu Temanggung Tahun Ajaran 2010/2011.
Sekolah  yang dimaksudkanya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdinas : 1994 ). Pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitanya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai pengetahuan. Tata bahasa teori pengembangan kosakata, teori sastra sekedar sebagai pendukung atau alat penjelas.
Keterampilan-keterampilan berbahasa  yang perlu ditekankan adalah keterampilan reseptif (menuturkan dan menulis).Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, keterampilan produktif dapat ikut tertingkatkan. Pada tahap tahap lanjutan,peningkatan kedua keterampilan itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. ( C.P.F. Lecoutere, L. Grootaers; 2010:177). Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa adalah sebagai berikut:
1.      Suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2.      Suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
3.      Suatu kesatuan sistem makna.
4.      Suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
5.      Suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain.)
6.      Suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.
Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan. Ilmu  yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.
Kemudian dari pengertian bahasa di atas, terdapat unsur-unsur bahasa yaitu, fonem, morfem, sintaksis, semantik, diskurs.
a)      Fonem 
Unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa memiliki jumlah dan jenis fonem yang berbeda-beda. Misalnya bahasa Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga perkataan yang menggunakan fonem /la/ diganti dengan fonem /ra/.
b)      Morfem
Unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

c)      Sintaksis
Penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.
d)      Semantik  
Mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.
e)      Diskurs
 Mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur.
Beberapa para ahli mendefinisikan bahasa sebagai berikut :
         Menurut Kerafsm (Arapradhipa: 2005) Memberikan dua pengertian:          
Bahasa : Sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Bahasa : Sistem komunikasi yang mempergunakan symbol-simbol vokal.
                   Menurut Santoso (1990 : 1); Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
              Menurut Wibowo (2009:3): Bahasa adalah suatu sistem symbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
              Menurut Wibowo, Walija (1990 : 4), mengungkapkan :
Definisi bahasa adalah : komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.
Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek :
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis.
Keempat aspek tersebut diajarkan sesuai dengan jenjang pendidikan masing – masing, dan memiliki pengertian sebagai berikut:
a. Mendengarkan
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya, (Burhan 1971:81).
b. Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, (Burhan 1971:84).
c. Membaca
Membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan tersebut, terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh khususnya mata yang melakukannya (Tampubolon, 1993; life long learning, Jakarta).
d. Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.


  









.